Powered By Blogger

Kamis, 16 Desember 2010

Untuk Kita Renungkan


Renungan Tarbawiyah
Akhir Tahun 1431 H



Satu tahun telah berlalu
Betapa cepatnya satu tahun hijriyah ini berlalu dengan hari-hari dan bulan-bulannya !! Bagaimana dia berlalu begitu cepat? Baru saja kemarin kita menyambut, hari ini kita berpamitan dengannya, adakah keberkahan telah hilang sementara kita tidak merasakannya?!
                Telah berlalu setahun penuh usia kita, melesat bersama detik-detik, menit-menit, jam-jam dan hari-harinya. Seolah terjadi hanya dalam sebulan saja. Berlalu beserta manis getirnya, suka dukanya dan kelezatan serta penderitaanya. Banyak orang yang terbuai dengan bermain main, terlena dengan berbagai syahwat didalamnya.
                Sementara itu orang-orang shalih berasyik masyuk dengan berbuat baik, begitu juga para amilin yang ikhlas beramal melalui perjalanannya di tahun itu. Masing–masing kelompok ini nantinya akan melihat miliknya sendiri pada hari kiamat, sebagaimana firman Allah swt:”Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya yang paling sempurna” (Q.S. An-Najm:39 – 41).
                Satu tahun telah berlalu dengan seluruh isyarat penyadaran dan peringatan didalamnya;
·         Ada lembaran-lembaran evaluasi, dimana setiap hari kita merobek-robeknya.
·         Ada isyarat penyadaran berupa detak-detak jam yang berkata kepada kita,”sesungguhnya kehidupan itu adalah kumpulan menit dan detik”.
·         Ada penyadaran berupa bulan sabit di awal bulan, lalu tumbuh sempurna menjadi purnama, disusul mengecil dan mengerucut sampai akhirnya hilang.
·         Ada isyarat berupa pergantian musim dengan seluruh keberagamannya. Didalamnya terdapat banyak ibrah bagi yang mengambil pelajaran.
                Semua isyarat penyadaran ini berkata kepada kita:”amal salih apa yang sudah kita perbuat dalam setahun yang lalu, apakah akan kita simpan untuk kepentingan hari perjumpaan nanti?”
Junjungan kita nabi; Muhammad saw, mengingatkan kita untuk melakukan waqfah (perenungan) di hadapan Allah swt:”Tidak bergeser dua telapak kaki manusia pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara; tentang  umurnya dihabiskan dalam hal apa? Tentang masa mudanya dihabiskan dalam hal apa? Tentang hartanya dari mana didapatkan dan kemana dibelanjakan dan tentang ilmunya apa yang sudah ia perbuat dengannya”. (hadits shahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, no. 2417)
                Allah swt akan bertanya kepada kita pada hari mahsyar tentang umur kita….adakah umur itu kita habiskan untuk berkhidmah kepada agama-Nya? Ataukah kita habiskan untuk santai – santai , lalai dan perdebatan tiada guna?
                Allah swt akan bertanya kepada kita tentang dakwah kita. Adakah kita termasuk para aktivis dan penyeru kepadanya? Ataukah kita termasuk para musyakikin (orang-orang yang menanamkan keraguan) kepada dakwah dan tha’inin (tukang mencela) para qiyadah-nya?
                Allah swt akan bertanya kepada kita tentang fisik kita. Adakah kita habiskan untuk taat, ibadah dan ber-harakah membawa agama-Nya? Ataukah kita habiskan dalam lahwun (hal-hal tiada guna) dan la’ib (permainan)?
                Satu tahun penuh telah berlalu, berapa banyak perbuatan yang kita lupakan? Namun , disisi Allah swt semuanya tersimpan, pada lembaran-lembaran amal bagaikan aset tidak terlewatkan, dan besok, semuanya akan diserah terimakan kepada kita secara utuh. “kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizhalimi (dirugikan)”.Q.S.Al-Baqarah:281

Renungan untuk diri kita sendiri
                Peristiwa alam penting yang terjadi ketika matahari berpisah dengan kita dihari terakhir bulan Dzul hijjah 1431 H. ini berarti terbukanya gerbang tahun hijriyah baru 1432 H. peristiwa ini menuntut kita melakukan perenungan, dimana seorang akh melakukan perenungan terhadap dirinya sendiri, perenungan yang jadd (serius) dan sidq (sejujurnya), sebab sidq inilah keselamatan, dan hendaklah seorang akh memulai muhasabatun nafs (audit diri sendiri), sebab muhasabatun nafs ini lebih berbelas kasihan dari pada nanti di hari hisab, dan hendaklah kita bertanya kepada diri sendiri. Mengingat bahwa hisab itu mengaudit bebagai hal walau seberat Dzarrah, setiap kata dan apa saja yang tergerak didalam hati, maka kenapa saya tidak meng-hisab diri sendiri terhadap segala sesuatu?
                Sebuah kalimat Al-Hasan Al-Basri perlu kita renungkan:”Wahai ibnu Adam..setiap pagi atau sore engkau mencari keuntungan , maka, hendaklah concern-mu tertuju kepada dirimu sendiri, sebab, engkau tidak mendapat keuntungan yang seperti dirimu sendiri itu selamanya”.
                Karena inilah, bersama akhir tahun yang lalu dan awal tahun ini, kita memerlukan satu perenungan muhasabah. Ibnul Qayyim – rahimahullah, berkata: “Muhasabah adalah seorang hamba membedakan mana perkara yang menguntungkannya dan mana pula perkara-perkara yang merugikannya, lalu ia mempertahankan perkara-perkara yang menguntungkan dan menutup perkara –perkara yang merugikan, sebab ia akan melakukan perjalanan yang tidak akan kembali lagi”.
                Ini adalah perenungan dimana kita menjawab banyak pertanyaan: bagaimana kita menghabiskan tahun lalu kita? Dalam hal apa saja kita pergunakan waktu-waktu kita? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan kita? Adakah kita melakukan kewajiban-kewajiban-Nya? Adakah kita telah bertakwa kepada Allah swt dalam urusan rumah tangga dan masyarakat kita? Adakah kita telah muraqabatullah (merasa diawasi Allah swt) dalam setiap amal dan urusan kita? Adakah kita telah ikhlas dengan seluruh amal kita?
                Adakah kita telah berfikir untuk bersungguh-sungguh dalam seluruh gerak kita? Adakah kita meninggikan panji-panji umat ini? Apa yang telah kita berikan untuk agama ini? Berapa banyak waktu yang telah kita berikan untuknya?
                Berapa banyak orang yang kita cintai karena Allah dan karena dakwah-Nya? Adakah kita telah membela dakwah dan qiyadah kita? Adakah harakah (gerakan), amal, ucapan, dan tulisan  kita telah indhibath dengan dhawabith da’wah? Berapa kali kita menolong saudara-saudara kita yang diperdaya dimuka bumi dan juga mereka yang dipenjara dimuka bumi dan mereka yang dipenjara secara zhalim dan berdasar kepalsuan?
                Berapa banyak kita komitmen menjalankan sholat secara berjamaah di masjid? Berapa jatah kitabullah  dari bacaan dan tadabbur kita? Berapa kali kita mengkhatamkan Al-Qur’an pada setiap bulannya? Ataukah kita tidak membacanya kecuali pada bulan ramadhan?! Adakah sepanjang tahun lalu ada bagian dari Al-Qur’an yang kita hafal?
                Ataukah concern kita didunia ini hanya sebatas sesuap nasi yang kita makan? atau seteguk air yang kita minum? Atau pakaian yang kita sandang, atau kedudukan yang kita cari, atau jabatan yang kita banggakan? Adakah concern kita hanya menghabiskan waktu dalam lahw, baik yang dibolehkan ataupun yang tidak dibolehkan? Ataukah concern kita adalah urusan-urusan mulia yang memiliki derajat tinggi?
                Adakah kita termasuk yang mengatakan sesuatu yang tidak kita lakukan? Ataukah kita termasuk orang yang menjadikan dirinya sebagai teladan? Apakah…apakah..? apa keinginan kita dengan semua itu? Apakah semua yang kita lakukan kita maksudkan untuk Allah swt dan hari akhirat? Atukah kita maksudkan untuk mengejar citra, image dan pujian manusia?
                Ini adalah perenungan dalam rangka melakukan koreksi terhadap berbagai hisab, melakukan perubahan terhadap al-masar (jalan yang ditempuh), memperbaiki niat, memperbaharui janji dan mengasah cita-cita.

Kepada-Nya Semuanya Akan Kembali
Saudaraku tercinta…umur seseorang memiliki dua ujung: ujung hari kelahirannya dan ujung hari meninggalnya; setiap kali satu tahun berlalu, seseorang itu semakin menjauh dari hari kelahirannya serta semakin mendekat kepada hari kembali kepada Tuhannya. Semenjak seseorang terlahir kedunia, semenjak itu pula ia menghancurkan umur dan mengurangi ajalnya..demikianlah umurku dan umurmu wahai saudaraku inilah kalimat yang diucapkan Al-hasan Al-Basri:”Wahai ibnu Adam..engkau tidak lain adalah kumpulan hari-hari, setiap kali ada hari berlalu, berarti sebagian darimu berlalu pula”..hari-hari itu pasti akan kembali kepada Allah swt, berdiri dihadapan-Nya, menghadapi hisab dan pertanyaan, lalu, apa dayamu pada hari itu?!
                Karena inilah ibnu Umar ra menasehati kita dan berkata:”jka engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu pagi dan jika engkau berada diwaktu pagi, janganlah menunggu sore, dan optimalkan masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu”.
                Saudaraku tercinta…jika engkau terkena futur dan kelemahan, serta jiwamu merasa berat untuk taat kepada Allah swt, maka ingatlah suatu hari dimana engkau berdiri dihadapan Allah swt, dihari itu, tidak ada sesuatu yang bermanfaat bagimu selain amal salih, dan ingatlah wasiat Al-Fudhail-rahimahullah-:”Berbuat baiklah pada sisa umurmu, niscaya yang telah berlalu darimu akan diampuni, sebab, jika engkau berbuat buruk pada sisa umurmu, niscaya yang telah lalu darimu dan yang tersisa akan dicatat sebagai dosa, padahal, amal itu bergantung kepada akhirnya”.
                Ibnu Rajab-rahimahullah-berkata “Wahai orang yang bergembira atas seringnya tahun demi tahun berlalu padanya, padahal ia bergembira atas berkurangnya umurnya”.
                Seorang salaf berkata: bagaimana seseorang bisa bergembira di dunia ini terhadap hari-harinya yang menghancurkan bulannya, dan bulannya menghancurkan tahunnya, dan tahunnya menghancurkan umurnya? Bagaimana mungkin seorang bergembira sementara umurnya menuntun kepada ajalnya, dan hidupnya menuntun kepada kematiannya?!”.

Hasil Panen
                Saudaraku tercinta..Ibnul Qayyim-berkata:”tahun itu ibarat pohon, bulan sebagai dahannya, hari sebagai rantingnya, jam sebagai daunnya dan nafas sebagai buahnya, maka, siapa saja nafasnya dipergunakan dalam taat kepada Allah, maka buah dari pohon itu akan menjadi baik, dan siapa saja yang nafasnya dipergunakan dalam maksiat, maka buahnya akan menjadi buruk. Panen dari buah itu akan dipetik pada hari kiamat, dan saat panen terjadi, buah yang manis atau pahit akan menjadi jelas”.
Yang telah berlalu dari setahun perjalananmu
1.        Ada 1700 peluang kewajiban shalat berjamaah. Ia sama dengan 6018 rakaat. Ada peluang 5300 rakaat sunnat rawatib dan witir, ada peluang 420 rakaat qiyamullail, tarawih dan tahajjud. Berapa banyak peluang diatas yang kamu lakukan secara berjamaah? Berapa kali kamu shalat berada di barisan pertama? Barapa besar tingkat kekhusyuanmu dalam shalat- shalat itu? Adakah semua peluang diatas mendekatkanmu kepada Allah swt?
2.        Ada peluang 92 hari untuk berpuasa senin dan kamis, 30 hari berpeluang berpuasa ayyamul bidh, 9 hari berpuasa Dzil-hijjah, 1 hari puasa Tasu’a dan 1 hari Asyura. Berapa hari peluang-peluang itu kamu isi dengan berpuasa? Berapa banyak kamu telah memanfaatkan fadhilah-nya? Ingatlah junjungan kita Rasulullah saw bersabda:”tidak ada satu hari dimana seseorang mengisinya dengan berpuasa fi sabilillah kecuali dengan satu hari itu Allah swt akan menjauhkan wajahnya dari neraka sebanyak 70 tahun”. (HR.Bukhori [2840] dan Muslim [1153].
3.        Ada peluang 12 kali khatam Al-Qur’an, adakah kamu telah menyempurnakannya? Dan melakukan tadabbur terhadapnya? sedangkan satu kali khatam  sama dengan 305 kebaikan!
4.        Ada 130.000 sedekah wajib yang dapat kamu gunakan, sebab Rasulullah saw bersabda:”Setiap ruas manusia ada peluang sedekah, setiap matahari terbit.” (HR.Bukhori [2707, 2891, 2989], Muslim [720, 1009]), adakah kamu telah menunaikan dan memenuhinya? Atau mengupayakan semaksimal mungkin atau mendekati maksimal? Atau adakah kamu telah memiliki niat dan bertekad untuk itu?
5.        Dzikrullah, “beruntung sekali bagi seseorang yang  menemukan banyak istighfar dalam lembaran amalnya”.
6.        Ada peluang 50 liqo’ tarbawi pekanan, yang dengan liqo’ ini kamu dapat merealisasikan prinsip:”mari berkumpul untuk beriman sesaat”, belum lagi liqaat besar…seberapa sering kamu komitmen dengannya? Hal-hal positif apa saja yang engkau berikan kepada saudara-saudaramu dan kepada dakwahmu dalam liqo’-liqo’ itu?
7.        Ada 350 hari dimana kamu dapat melakukan da’wah ilallah, melakukan amar ma’ru nahi munkar, sementara kekasihmu, Rasulullah saw menjelaskan keutamaannya kepadamu:”siapa saja yang menyeru kepada hidayah, maka untuknya pahala hidayah itu dan pahala orang-orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat”.(HR.Muslim [2674]. Beliau saw juga bersabda:” sungguh, jika Allah swt memberi  hidayah kepada satu orang laki-laki karena kamu, maka itu lebih baik bagimu dari pada dunia dan segala isinya”(HR.Ibnu Mubarak dalam kitab Az-Zuhd wa ar- Raqaiq [1354]’
8.        Ada peluang 50 pekan dimana kamu dapat merealisasikan shilaturrahim dan megunjungi kerabat, birrul walidain, mengunjungi orang sakit dan memenuhi berbagai hajat kaum muslimin…

Berapa banyak yang kamu dapat dari amal-amal ini? Berapa dari amal-amal ini yang kamu lakukan dengan ikhlas karena Allah, tidak tercampur oleh syahwat nafsu atau kompetisi dengan orang lain, atau ikut-ikutan para sufaha (orang-orang yang bodoh dan tidak memperhitungkan akhirat)?
                Kemudian, coba kamu lihat  amal yang sudah kamu lakukan, berapa besar size (ukuran)-nya? Berapa berat timbangannya, berapa banyak pengaruhnya? Bandingkan antara kebaikan dan keburukanmu? Lalu lihat, berapa banyak kebaikan yang kamu tinggalkan dan berapa pula yang kamu dapatkan?
                Ingatlah kepada ucapan Ibnu Mas’ud ra,”saya tidak pernah menyesalkan sesuatu yang seperti penyesalanku kepada suatu hari dimana matahari terbenam dan menjadi pertanda ajalku berkurang sementara amalku tidak bertambah”?!  








Tidak ada komentar:

Posting Komentar